WWW.UMKMPONDOKPETIR.COM - Saung Kang Dedi - Bojongsari, (21/06/2022) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki poten...
WWW.UMKMPONDOKPETIR.COM - Saung Kang Dedi - Bojongsari, (21/06/2022)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki potensi tersembunyi yang sangat besar untuk bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Berkaca dari sejarah, UMKM menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan dari deraan krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia.
Kemampuan untuk bertahan dan terus sukses di tengah krisis membuat UMKM dianggap sebagai garda terdepan perekonomian rakyat Indonesia. Hingga di 2008 UMKM mencetak kontribusi pada PDB hingga 6,5%. Kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk domestik bruto juga meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat, dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen pada periode yang sama.
Bertempat di Saung Kang Dedi (SKD) Bojongsari, yang merupakan milik Ketua UMKM Bojongsari Maju Bersama (Bosama) Bpk. Ir. Dedi Ruhimat dilaksanakan Pelatihan Manajemen Organisasi dan Keuangan Untuk UMKM. Camat Bojongsari Bpk. H. Mursalim datang langsung kelokasi pelatihan untuk membuka resmi acara. Pelatihan ini berlangsung selama dua hari dimulai pada Senin, 20 Juni 2022 sampai dengan Selasa, 22 Juni 2022. Diikuti oleh sekitar 60 orang perwakilan UMKM dari 7 kelurahan se-Kecamatan Bojongsari.
Narasumber pelatihan Bpk. Kamaludin Enuh atau biasa dipanggil dengan Kang Kamal menyampaikan materi mengenai Manajemen Keuangan untuk UMKM dari dasar dengan sederhana dan lugas agar mudah dipahami oleh peserta pelatihan yang sebagian besar diikuti oleh pelaku UMKM ibu-ibu. Bahkan Kang Kamal menyampaikan bahwa menyediakan waktunya untuk mendampingi setelah pelatihan selesai dan dibuat kelompok belajar untuk kelanjutannya kedepan.
Untuk materi Manajemen Organisasi disampaikan oleh Ibu. Eis Rahmawati yang biasa dipanggil dengan Bunda Rahma yang juga sebagai Wakil Ketua UMKM Bojongsari Maju Bersama (Bosama). Bahwa para pelaku usaha UMKM memang harus upgrade ilmu dan skill untuk menunjang berlangsungnya usaha kedepan. Selain itu ada beberapa etika dan tingkah laku yang harus tetap dijaga serta peningkatan iman dan takwa kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sejak tahun 1998, banyak perusahaan besar gulung tikar akibat pergolakan politik dan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar secara tajam. Dalam situasi itu, UMKM justru semakin banyak bermunculan. Modal mereka yang termasuk modal kecil dan menengah tidak mengalami imbas sebesar perusahaan raksasa yang akhirnya gulung tikar.
UMKM mampu bertahan dari terpaan krisis bahkan beberapa di antaranya mampu terus menuai sukses. Tidak sedikit pula para pegawai yang mengalami pemutusan hubungan kerja akibat gelombang krisis mencari celah untuk terus aktif dan mandiri secara ekonomi.
Munculnya gelombang ekonomi kreatif belakangan ini ikut mendorong peran vital UMKM bagi perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Jumlah pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 57,9 juta pelaku usaha dengan serapan tenaga kerja mencapai 97,30 persen. Jumlah pelaku UMKM di Indonesia diakui lebih banyak dibanding negara lain dan merupakan potensi besar yang masih belum digarap secara maksimal.
Meskipun UMKM di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat namun masih juga memiliki beberapa permasalahan. Salah satu permasalahan yang dihadapi UKM yang sering kita dengar adalah masih enggannya UMKM dalam melaksanakan pembukuan.
 |
| Sambutan Ketua UMKM Bosama Kang Dedi |
Hal tersebut dikarenakan :
- pertama, penyediaan sarana dan prasarana pembukuan.
- Kedua, harus menyiapkan tenaga khusus untuk mengelola.
- Ketiga, penggunaan uang yang tidak terstruktur antara untuk kegiatan usaha dengan keperluan pribadi.
- Keempat, tidak mau terlalu repot-repot dengan disiplin pembukuan.
- Dan kelima, adanya tambahan dana yang harus dikeluarkan untuk melaksanakannya.
Memang kita sadari bahwa disiplin melakukan pembukuan belum menjadi budaya di Indonesia. Akibatnya, terkadang sangat sulit diketahui dengan pasti perkembangan usahanya. Hanya perusahaan besar, atau yang telah masuk ke bursa efek (go public) umumnya secara kontinyu melakukan pembukuan dengan baik. Bahkan laporan keuangannya disusun oleh akuntan publik.
Pada dasarnya dengan melakukan pembukuan yang baik dan benar maka akan memiliki laporan keuangan (neraca dan laba-rugi) yang baik pula, sehingga dengan mudah diketahui posisi penghasilan neto. Dan setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal, dapat pula menghitung penghasilan kena pajaknya.
Permasalahan pajak yang dihadapi oleh UKM di Indonesia adalah masih sedikit diantara mereka yang sadar terhadap pajak itu sendiri. Hal ini karena ketidaktahuan mereka tentang pajak dan pencatatan pembukuan/keuangan yang tidak rapi sehingga menyulitkan dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang ada.
Usaha kecil menengah (UKM), pada umumnya masih banyak hanya melakukan pencatatan atas transaksi yang dilakukan. Biasanya yang dicatat, hanya menyangkut jumlah barang yang masuk (dibeli) dan yang keluar (dijual). Dengan kondisi ini, sulit diketahui dengan pasti besarnya penghasilan neto. Sehingga butuh waktu yang tidak sebentar, belum lagi keakuratannya.
Pengelolaan sistem keuangan yang dilakukan UMKM masih sangat konvensional. Hal ini disebabkan tidak adanya tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam bidang pengelolaan sistem keuangan, sehingga yang terjadi hanyalah pembukuan keuangan secara makro, yakni hanya memperhitungkan untung dan rugi tanpa melihat aspek keuangan secara detail. Hal inilah yang menjadi kendala untuk mengetahui berapa besar asset seluruhnya yang dimiliki oleh rata-rata UMKM.
COMMENTS